Diperkirakan sekitar tujuh juta orang di Inggris menderita masalah kesehatan sendi dalam jangka panjang. Sekitar 206 juta hari kerja hilang karena OA dan ini setara dengan hilangnya £18 miliar produktifitas. Dari 177 pasien OA yang menggunakan glukosamin dan asam lemak omega 3, sebanyak 27%nya lebih merespon pengobatan dibandingkan dengan glukosamin saja, dan perbedaannya bermakna secara statistik. Selama ini, glukosamin yang ada di pasaran diekstraksi dari kerang, udang dan kepiting. Bahan bakunya juga sering dikombinasikan dengan kondroitin sulfat yang diektraksi dari kartilago binatang misalnya dari ikan hiu.
Dr. Gruenwald merekrut 177 pasien dengan OA pinggul dan lutut derajat sedang-berat dan secara acak diberikan glukosamin sulfat atau glukosamin yang dikombinasikan dengan asam lemak omega 3. Pada penelitian ini tidak digunakan plasebo dengan alasan etis, karena subyek penelitian yang dilibatkan adalah mereka yang menderita OA dengan derajat sedang-berat. Setelah diterapi selama 26 minggu, peneliti menguji tingkat nyeri dengan menggunakan skor Western Ontario and McMaster Universities Arthrosis index (WOMAC). Perbedaan bermakna terlihat pada saat kriteria perespon dinaikan hingga setidaknya penurunan nyeri sebesar 80 digunakan. Sesungguhnya, obat kombinasi menurunkan kekakuan pada pagi hari, nyeri pada pinggul dan lutut antara 48,5 dan 55,6% dibandingkan penggunaan obat yang hanya mengandung glukosamin saja yang sebesar 41,7 hingga 55,3%. Dengan hasil ini peneliti menyimpulkan bahwa asam lemak omega 3 menghambat proses inflamasi pada OA, sementara glukosamin sulfat memperbaiki substansi kartilago yang hilang.
Hasil penelitian Burn3 sebelumnya juga mendukung hasil penelitian Gruenwald ini. Burn et al. menemukan hasil bahwa dengan pemberian asam lemak omega 3 ternyata dapat menurunkan rasio asam arakhidonat dengan eicosapentaenoic acid pada pasien sehat dan pasien dengan penyakit pembuluh koroner yang menetap (stable CAD)