Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernapasan (bantuan napas) dengan kompresi dada eksternal. RJP digunakan ketika seorang korban mengalai henti jantung dan henti nafas.
Kapan kita memulai RJP
Keputusan untuk melakukan RJP diambil setelah kita mendapat hasil dari pemeriksaan primer, yaitu : tidak sadar, tidak ada napas, dan tidak ada denyut jantung. Kejadian yang mengarah untuk dilakukannya RJP :
Keputusan untuk melakukan RJP diambil setelah kita mendapat hasil dari pemeriksaan primer, yaitu : tidak sadar, tidak ada napas, dan tidak ada denyut jantung. Kejadian yang mengarah untuk dilakukannya RJP :
- Pastikan Respon Korban : Korban yang unresponsive dapat anda pikirkan dia mungkin membutuhkan RJP. Dan jika korban unresponsive anda harus memanggil bantuan.
- Reposisi Korban : Reposisi korban jika diperlukan, misal anda temukan korban dalam posisi telungkup.
- Pastikan Jalan Napas Terbuka : Lakukan manuver head-tilt, chin lift atau modified jaw thrust, sesuai keperluan.
- Cek Pernapasan : Lihat, Dengar dan Rasakan pernapasan. Pastikan ada tidaknya napas dalam waktu 3 - 5 detik. Pada korban yang tidak bernapas jangan langsung dilakukan RJP, tetapi anda harus melakukan …
- Pemberian 2 napas buatan : Lakukan teknik pertolongan pernapasan. Jika anda perhatikan adanya sumbatan jalan napas, lakukan teknik untuk membersihkan jalan napas. Jika jalan napas korban bersih dan dia masih dalam keadaan henti napas setelah diberikan 2 napas buatan maka…
- Cek Pulsasi Carotis : Pertahankan head tilt dengan salah satu tangan pada dahi korban dan gunakan tangan yang lain untuk meraba denyut carotis. Jika tidak teraba denyut nadi saat memeriksanya dalam waktu 5 - 10 detik, ini berarti korban dalam keadaan henti jantung dan anda harus ...
- Mulai RJP : Posisi Korban untuk RJP Korban dengan henti jantung harus berbaring pada permukaan yang keras, seperti lantai, tanah atau papan spinal. Cedera yang terjadi pada korban bukanlah alasan untuk menunda RJP. RJP harus dilakukan secepat mungkin.
Dalam melakukan RJP, anda sebagai seorang penolong harus:
- Mempertahankan terbukanya jalan napas (airway = A);
- Memberi napas untuk korban (bretahng = B);
- Mengusahakan kembalinya sirkulasi korban (circulation = C)
Dalam prosedur RJP selalu mengikutsertakan prinsip ABC. Suatu pernapasan buatan tidak akan efektif jika jalan napas tidak terbuka. Pernapasan buatan tidak efektif pula jika sirkulasi terhenti. Darah yang bersirkulasi tidak akan efektif, kecuali darah tersebut teroksigenasi. Selalu diingat jika perdarahan dapat mengganggu sirkulasi. Oleh karena itu jika seorang korban kehilangan darah terlalu banyak maka RJP yang dilakukan tidak efektif. Ketika perdarahan yang terjadi begitu hebat, seperti pada kasus perdarahan hebat pada arteri besar (misal: A. Femoralis) maka RJP yang kita lakukan mungkin malah mempercepat perdarahannya, dan menimbulkan kematian biologik. Meskipun kasus seperti ini jarang terjadi, tetapi anda harus melakukan tindakan untuk mengurangi jumlah darah yang hilang sebelum dilakukan RJP. Dalam RJP, kita bertujuan memaksa darah korban yang mngalami henti sirkulasi untuk kembali bersirkulasi dengan melakukan kompresi dada eksternal , yang dikenal sebagai sirkulasi buatan. Dilakukan ketika korban berbaring terlentang pada permukaan yang keras (lantai, papan dan lainnya) dan kompresi dilakukan di dada pada garis tengah dada. Hal ini dipercaya dapat menyebabkan perubahan tekanan di dalam rongga dada yang membantu untuk memaksa darah bersirkulasi. Syarat utama kita melakukan RJP adalah korban harus berada dalam keadaan henti jantung. Hal ini berarti jantungnya berhenti berdenyut secara menyeluruh mungkin karena syok, perdrahan hebat, kerusakan jantung atau karena aksi obat-obat tertentu, sehingga jantung terlalu lemah untuk memompa darah. Korban mungkin masih bernapas pada saat jantungnya berhenti berdenyut, tetapi dalam 30 - 45 detik kemudian dia akan mengalami henti napas. Seorang korban yang membutuhkan RJP adalah korban yang memenuhi kriteria unresponsive, tidak bernapas, dan denyut nadi carotis tidak teraba atau lemah, sangat lambat dan irregular yang menandakan suatu krisis kekurangan sirkulasi.
Titik Kompresi RJP
Jantung terletak dalam mediastinum, diantara sternum dan colom spinal. Sebagian besar tulang iga (costa) melekat pada sternum. Dan tulang clavicula (selangka) menyokong sternum berada diatas jantung. Supaya RJP yang dilakukan efektif dan mencegah cedera yang serius pada korban maka kompresi dada eksternal harus dilakukan pada titik kompresi RJP.
Menentukan Titik Kompresi:
" Posisikan diri anda berlutut disamping korban.
" Gunakan jari manis ( digitus anularis/ quartus ) anda untuk menentukan batas bawah dari sangkar costa .
" Jika sudah anda dapatkan , gerakkan jari anda menelusuri lengkung costa sampai ke takik pada ujung sternum (proc. Xiphoideus);
" Letakkan jari tengah dan jari telunjuk anda di atas takik sebelah atas jari manis tadi;
" Letakkan tumit tangan anda yang lain (tangan yang dekat dengan kepala korban ) di atas sternum, di sebelah atas jari telunjuk.
Jantung terletak dalam mediastinum, diantara sternum dan colom spinal. Sebagian besar tulang iga (costa) melekat pada sternum. Dan tulang clavicula (selangka) menyokong sternum berada diatas jantung. Supaya RJP yang dilakukan efektif dan mencegah cedera yang serius pada korban maka kompresi dada eksternal harus dilakukan pada titik kompresi RJP.
Menentukan Titik Kompresi:
" Posisikan diri anda berlutut disamping korban.
" Gunakan jari manis ( digitus anularis/ quartus ) anda untuk menentukan batas bawah dari sangkar costa .
" Jika sudah anda dapatkan , gerakkan jari anda menelusuri lengkung costa sampai ke takik pada ujung sternum (proc. Xiphoideus);
" Letakkan jari tengah dan jari telunjuk anda di atas takik sebelah atas jari manis tadi;
" Letakkan tumit tangan anda yang lain (tangan yang dekat dengan kepala korban ) di atas sternum, di sebelah atas jari telunjuk.
" Angkat jari-jari anda dari takik dan letakkan tangan tersebut di atas tangan yang lain pada dada
Kompresi Dada
Selalu diingat : Korban berbaring pada permukaan yang keras. Anda berlutut di samping disamping korban. Lutut anda dibuka sedikit (kira-kira selebar bahu anda)
Selalu diingat : Korban berbaring pada permukaan yang keras. Anda berlutut di samping disamping korban. Lutut anda dibuka sedikit (kira-kira selebar bahu anda)
- Posisikan tangan anda untuk menentukan titik kompresi ;
- Letakkan tangan yang digunakan untuk mencari titik kompresi di atas tangan yang pertama . Posisi kedua tumit tangan saling pararel satu dengan yang lainnya, dan jari-jari dari kedua tangan menunjuk ke arah yang menjauhi anda.
- Tangan anda dalam posisi extensi, pada intinya jaga jari-jari tangan anda jangan sampai menempel pada dada korban , hal ini bertujuan untuk mencegah cedera pada korban.
- Luruskan lengan anda dan kunci siku . anda tidak diperbolehkan menekuk siku selama melakukan atau melepas kompresi.
- Pastikan posisi bahu anda melebihi sternum korban (melebihi posisi tangan anda)
- Arah kompresi yang diberikan lurus ke bawah dengan tenaga yang cukup untuk menekan sternum ( untuk orang dewasa kedalaman tekanan 1,5 - 2 inchi ( 4 - 5 cm ).
- Setelah melakukan kompresi, lepaskan tekanan tersebut tapi jangan tekuk siku anda dan jangan angkat tangan dari sternum.
Kompresi dada pada bayi dan anak agak berbeda, mengingat secara anatomis dada bayi atau anak relatif masih kecil, komponen tulang kerasnya masih belum sempurna, sehingga kedalaman kompresi dan kekuatannya harus benar-benar diperhatikan.
Memberikan Ventilasi (Napas Buatan)
Ventilasi diberikan setelah satu set kompresi diberikan. Gunakan teknik yang sama ketika melakukan pertolongan napas buatan. Semua teknik bisa digunakan baik yang dari mulut ke mulut, dari mulut ke hidung atau mulut ke stoma. ( Tapi ingat untuk menutup hidung korban ketika menggunakan teknik dari mulut ke mulut). Dibutuhkan 1 - 1,5 detik untuk setiap ventilasi.
Kecepatan Rata-rata Pemberian Kompresi dan Ventilasi untuk Orang Dewasa
" Kompresi: kecepatan rata-rata 80 sampai 100 kali per menit, maka kita berikan 15 kompresi dalam 9 sampai 15 detik (biasanya 10 detik).
" Ventilasi: dilakukan dua napas setelah 15 kompresi (satu orang penolong), atau satu napas setelah lima kali kompresi (dua orang penolong). Berikan satu ventilasi (satu napas) tiap 1-1,5 menit.
Meskipun Anda memberikan kompresi dengan kecepatan rata-rata 80 - 100 x per menit, tetapi biasanya hanya 60 kompresi yang dapat kita berikan dalam 1 menit. Untuk memastikan Anda memberikan kompresi dengan kecepatan yang konstan dan tepat, dapat dipandu dengan berkata: satu, dua, tiga , empat, lima, satu, dua, tiga, empat, puluh, satu, dua, tiga, empat seterusnya sampai 15 kompresi yang diberikan. (Hitungan di atas dapat anda ganti sesuai selera asal hitungan konstan dan anda harus tepat menghitung 15 kompresi yang diberikan dalam satu siklus).
Pemeriksaan Denyut Nadi
RJP yang dilakukan dalam waktu satu menit semestinya sesuai dengan empat siklus kompresi-ventilasi (1 siklus = 15 kompresi + 2 napas buatan). Setelah 4 siklus ini anda harus memeriksa denyut nadi karotis dan pada saat yang bersamaan pula anda periksa pernapasannya. Jangan hentikan RJP lebih dari 5 - 7 detik. Jika korban denyut nadinya kembali tetapi pernapasannya belum ada, maka mulailah resusitasi pernapasan dan tetap cek denyut karotis tiap beberapa menit. Jika korban tetap tidak bernapas dan denyut nadinya belum teraba maka langsung mulai lakukan RJP lagi. Pada bayi, pemeriksaan nadi dapat dilakukan pada a. Brachialis.
Ventilasi diberikan setelah satu set kompresi diberikan. Gunakan teknik yang sama ketika melakukan pertolongan napas buatan. Semua teknik bisa digunakan baik yang dari mulut ke mulut, dari mulut ke hidung atau mulut ke stoma. ( Tapi ingat untuk menutup hidung korban ketika menggunakan teknik dari mulut ke mulut). Dibutuhkan 1 - 1,5 detik untuk setiap ventilasi.
Kecepatan Rata-rata Pemberian Kompresi dan Ventilasi untuk Orang Dewasa
" Kompresi: kecepatan rata-rata 80 sampai 100 kali per menit, maka kita berikan 15 kompresi dalam 9 sampai 15 detik (biasanya 10 detik).
" Ventilasi: dilakukan dua napas setelah 15 kompresi (satu orang penolong), atau satu napas setelah lima kali kompresi (dua orang penolong). Berikan satu ventilasi (satu napas) tiap 1-1,5 menit.
Meskipun Anda memberikan kompresi dengan kecepatan rata-rata 80 - 100 x per menit, tetapi biasanya hanya 60 kompresi yang dapat kita berikan dalam 1 menit. Untuk memastikan Anda memberikan kompresi dengan kecepatan yang konstan dan tepat, dapat dipandu dengan berkata: satu, dua, tiga , empat, lima, satu, dua, tiga, empat, puluh, satu, dua, tiga, empat seterusnya sampai 15 kompresi yang diberikan. (Hitungan di atas dapat anda ganti sesuai selera asal hitungan konstan dan anda harus tepat menghitung 15 kompresi yang diberikan dalam satu siklus).
Pemeriksaan Denyut Nadi
RJP yang dilakukan dalam waktu satu menit semestinya sesuai dengan empat siklus kompresi-ventilasi (1 siklus = 15 kompresi + 2 napas buatan). Setelah 4 siklus ini anda harus memeriksa denyut nadi karotis dan pada saat yang bersamaan pula anda periksa pernapasannya. Jangan hentikan RJP lebih dari 5 - 7 detik. Jika korban denyut nadinya kembali tetapi pernapasannya belum ada, maka mulailah resusitasi pernapasan dan tetap cek denyut karotis tiap beberapa menit. Jika korban tetap tidak bernapas dan denyut nadinya belum teraba maka langsung mulai lakukan RJP lagi. Pada bayi, pemeriksaan nadi dapat dilakukan pada a. Brachialis.
RJP YANG TIDAK EFEKTIF DAN KOMPLIKASINYA
RJP yang efektif tidak berarti bahwa pasien harus hidup. Banyak korban yang mendapatkan usaha resusitasi yang baik tidak dapat pulih ( tidak hidup). Kesempatan pasien untuk hidup menjadi lebih besar jika RJP dilakukan secara efisien.
Jika usaha RJP tidak efektif, biasanya disebabkan masalah-masalah seperti di bawah ini:
" Posisi kepala korban tidak sesuai dengan posisi head-tilt pada waktu diberikan napas buatan;
" Mulut korban kurang terbuka lebar untuk pergantian udara;
" Mulut penolong tidak melingkupi mulut korban secara erat;
" Hidung korban tidak ditutup selama pemberian napas buatan;
" Korban tidak berbaring diatas alas yang keras;
" Irama kompresi yang tidak teratur.
RJP yang efektif tidak berarti bahwa pasien harus hidup. Banyak korban yang mendapatkan usaha resusitasi yang baik tidak dapat pulih ( tidak hidup). Kesempatan pasien untuk hidup menjadi lebih besar jika RJP dilakukan secara efisien.
Jika usaha RJP tidak efektif, biasanya disebabkan masalah-masalah seperti di bawah ini:
" Posisi kepala korban tidak sesuai dengan posisi head-tilt pada waktu diberikan napas buatan;
" Mulut korban kurang terbuka lebar untuk pergantian udara;
" Mulut penolong tidak melingkupi mulut korban secara erat;
" Hidung korban tidak ditutup selama pemberian napas buatan;
" Korban tidak berbaring diatas alas yang keras;
" Irama kompresi yang tidak teratur.
Cedera pada tulang iga merupakan komplikasi yang sering terjadi pada RJP. Apabila tangan ditempatkan terlalu keatas dari titik kompresi, maka patah tulang pada bagian atas sternum dan clavicula mungkin terjadi. Apabila tangan terlalu rendah maka proc. xiphoid mungkin dapat mengalami fraktur atau tertekan kebawah menuju hepar yang dapat mengakibatkan laserasi (luka) disertai perdarahan dalam. Apabila tangan ditempatkan terlalu jauh dari titik kompresi atau meleset satu dari lainnya maka costa atau kartilagonya dapat mengalami patah.
Meskipun RJP dilakukan secara benar, masih terdapat kemungkinan terjadinya patah tulang iga atau terpisahnya kartilago dari perlekatannya. Jika terdapat kasus sepert ini, jangan hentikan RJP. Karena korban lebih baik mengalami patah beberapa tulang iga dan hidup daripada korban meninggal karena anda tidak melanjutkan RJP karena takut akan adanya cedera tambahan. Masalah distensi gaster juga sering terjadi.