(Dari Jurnal Fisioterapi, Tulisan Pak Sugijanto.)
Keluhan nyeri pinggang bawah merupakan kasus musculoskeletal yg banyak dikeluhkan dan ditangani Fisioterapis dalam praktek dengan berbagai metode dan tekhnik serta modalitas yang beragam.
Nyeri pinggang bawah atau biasa disingkat LBP ini, merupakan kasus yang sulit ditangani dengan benar, mengingat banyaknya patologi, baik morfologis, maupun, fungsional, walaupun secara klinis hanya merupakan keluhan nyeri pinggang.
Permasalahannya menyangkut keterbatasan kapasitas diagnostic, perencanaan strategi penanganan, selektifitas pemilihan metoda, dan teknik terapi dan menelaah/ mengevaluasi hasil dari intervensi FT.
Sebelumnya, mohon maaf, karena keterbatasn waktu, yg saya tulis langsung ke Penanganan yg diberikan. Tidak melalui Protap Penanganan Kasus FT.
Penanganan Fisioterapi :
Bertujuan untuk memberikan gambaran, tentang tindakan tindakan apa yg dapat Ftis berikan, adapun tehnik dan metodenya, antara lain :
1. Mobilisasi Otot
Pada kasus nyeri pinggang bawah non spesifik usia dibawah 45 tahun, biasanya sering disebabkan karena faktor musculo tendinogen. Pada otot jenis tonik Lumbar - Hip - Pelvic, sering dijumpai kelainan, berupa hypertonus atau spasme, tightness, myosis, myofascial trigger point, dan tendomyosis
Adapun tehnik intervensi yang tepat dilakukan berupa mobilisasi otot dgn tehnik:
a. Transfer Stretching, yaitu cara peregangan otot lansung dengan tangan secara individual.
b. Transfer Friction, yaitu dengan gerusan ibu jari tangan, dengan tujuan utama untuk melepas crosslink yang abnormal antara cells otot.
c. Muscle Stretching metoda V. Janda atau Contract Relax, tehnik PNF yg bertujuan agar terjadi peregangan otot dengan memanfaatkan Post Exitatory Relaxation Reflex.
Adapun beberapa contoh tehnik mobilisasi otot :
- Untuk Para Lumbar Muscles,
Pada kasus flat back, sering dijumpai hypertonus, tightness atau kontraktur otot otot para lumbar vertebral. Metode mobilisasi yang diterapkan sbb : Posisi fleksi lumbal ditahan, dilakukan gerak isometrik ekstensi bersamaan inspirasi dan ditahan 6 detik, kemudian disusul relaksasi bersamaan ekspirasi dan peregangan selama 6 detik pula.
- Untuk iLiopsoas muscle,
iLiopsoas muscle paling sering memendek akibat posisi hyperlordosis yang menimbulkan hypertonus hingga dapat menyebabkan kontraktur. Metode yang diterakan hampir sama dgn yg diatas dgn tetap mengkobinasikan dgn tehnik contract relax(inspirasi dan ekspirasi), caranya yaitu : Peregangan dengan cara posisi Hip fleksi dengan satu lutut dipeluk dan tungkai yang satunya berjuntai diluar tempat tidur, dan dikombinasikan dgn tehnik V. Janda/ contact relax (ada proses inspirasi dan ekspirasi).
- Untuk Piriformis muscle,
Sebagai akibat dari adanya rasa nyeri, pinggang sering mengalami hypertonus sampai bisa terjadi kontraktur. Oleh karena itu tehnik yang dapat dilakukan : Hip fleksi-adduksi-internal rotasi, dilakukan kontraksi isometrik Hip ekstensi bersamaan inspirasi selama 6detik, kemudian disusul relaksasi bersamaan ekspirasi dan peregangan selama 6 detik. Perlu dicatat, bahwa Ftis harus hati hati dalam memberikan tehnik ini, karena sendi Hip pada posisi CPP (closed packed position).
- Untuk Hip abductors mucsle
Otot ini sering dijumpai dalam keadaan tegang/ spasme dan dapat pula terjadi tendinitis. Pada kasus tendinitis, tehnik yang paling tepat diberikan adalah Transfer Friction dari J. Cyriax, pada serabut tendonnya yg tepat melintang. Sedangkan bila terjadi spasme atau pemendekan, diberikan tehnik peregangan dgn tehnik contract relax/ V. Janda.
- Untuk Hamstring muscle,
Biasanya, yang sering terjadi pada otot ini yaitu pemendekan. Adapun peregangannya, dapat diberikan tehnik contract relax/ V. Janda, dengan cara, Hip fleksi dimana lutut dalam keadaan lurus, dan kontraksi isometrik Hip ekstensi, dikombinasikan dgn contract relax (inspirasi dan ekspirasi).
- Untuk Costo lumbalis dan iLio lumbalis muscle,
Karena merupakan perbatasan fungsi Upper dan Lower torso, maka otot ini sering dijumpai tendinitis atau tendomyosis. Dan tehnik yg disarankan adalah, transfer triction pada serabut tendonnya.
2. Mobilisasi Sendi
Seperti kita ketahui bahwa prinsip dasar dari mobilisasi sendi ditentukan antara lain oleh posisi sendi yang bersangkutan, konkavitas dan konveksivitas permukaaan sendi, fiksasi satu tulang dan traksi/ translasi pada tulang yang lain, slack and thrust, serta pada grade yang diinginkan. Hal hal tersebut juga berlaku pada collumna vertebralis, tetapi perlu beberapa penyesuaian pada tiap regio atau segmen.
Pada Lumbar - Pelvic - Hip Complex Mobilization, dapat dipilahkan dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Thoraco lumbar Facets Joint
Berbeda dengan segmen yang lain, karena arah permukaan sendi Th 12 bagian bawah sesuai dengan lumbal, tetapi bagian atas sesuai dengan arah sendi facet daerah thoracalis, yaitu pada bidang frontal, dan vertebra thoracalis bawah ikut terpengaruh pada gerak lumbal. Disamping itu, pada thoracal jg terdapat costa yang turut terlibat dalam gerak lumbal. Untuk itu, mobilisasi yang tepat adalah segmental, untuk thoracal dengan segmental lateral postero anterior vertebral pressure.
b. Lumbar Joint
Mobilisasi pada regio ini sering dilakukan dengan menggunakan tehnik traksi atau fleksi, atau lateral fleksi dan rotasi. Pada kasus tertentu, dilakukan dengan Mobilisasi Ekstensi, namun harus dilakukan dengan benar.
c. Mobilisasi Sacroiliac Joint
Mobilisasi pada sendi ini melalui gerak hip secara uni lateral atau gera..Bsambg