Penderita AIDS Meninggal Banyak Karena Pasrah

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar menyatakan, penderita HIV dan AIDS di Bali banyak yang meninggal dan kini diperkirakan terus bertambah karena mereka pasrah dengan keadaan dirinya.
“Ini disebabkan oleh sikap sebagian penderita HIV dan AIDS yang pasrah dengan kondisi yang menimpanya, sehingga mereka tidak berusaha untuk mengikuti apa yang seharusnya dilakukan,” kata Sri Mulyanti, Asisten Koordinator KPA Denpasar, Rabu.
Jika sikap pasrah itu terus dilakukan para penderita, lanjutnya, dikhawatirkan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal akan terus bertambah pada tahun ini.
Oleh karena itu, kata Sri, pihaknya bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang selalu peduli akan perkembangan HIV dan AIDS di Bali, terus memberikan dukungan secara moril supaya mereka tidak bersikap pasrah.
“Selain itu, pihak LSM tersebut melakukan pendampingan meminum obat Antiretrovial (ARV) bagi para penderita HIV/AIDS,” ujarnya.
Ia menambahkan, sebab bagi ODHA diwajibkan meminum ARV secara rutin dan berkala. Karena ARV itu berfungsi untuk mempertahankan kondisi daya tahan tubuhnya supaya tidak melemah. “Penderita stadium 3 dan 4 harus minum obat ARV secara rutin dan tepat waktu,” katanya.
Hal inilah yang terjadi akhir-akhir ini, ujarnya, sebagian ODHA banyak yang pasrah dan tidak memperdulikan kondisinya, sehingga kondisinya parah dan akhirnya meninggal dunia.
Dia mengatakan, ARV merupakan salah satu obat untuk menunjang hidup penderita HIV/AIDS karena kekebalan mereka akan menurun drastis, apabila tidak minum obat tersebut.
“Untuk itu, penderita HIV/AIDS harus mengonsumsi obat ARV sebanyak dua kali dalam sehari, setiap 12 jam sekali,” ujarnya Dikatakan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada 2009 sebanyak 123 orang ODHA yang meninggal. Banyak dari penderita HIV dan AIDS yang meninggal itu kondisinya sudah parah.
Kasus HIV dan AIDS yang terjadi tahun ini sebanyak 3.531. Jumlahnya meningkat dari 2009 yang jumlahnya 3.047 kasus.
Dari jumlah kasus yang terjadi pada tahun ini, penularannya masih didominasi melalui hubungan seksual bergonta-ganti atau `hetero` sebesar 69 persen.