Myofascial release technique (MRT) merupakan prosedur yang mengkombinasikan tekanan manual terhadap bagian otot yang spesifik dan penggunaan stretching secara simultan (Scheneider, 2005). Myofascial release technique terdapat 4 level. Empat level MRT dideskripsikan berdasarkan posisi, ketegangan, dan aktivitas jaringan yang diintervensi oleh praktisioner yang menggunakan kontak manual.
MRT level 1merupakan penanganan pada jaringan lunak dengan tidak ada ketegangan yang terlibat dan pasien dalam keadaan pasif. Kontak manual praktisioner bergerak secara
longitudinal sepanjang serabut otot dari distal ke proksimal dan pada arah aliran darah yang
menuju jantung.
MRT level 2 dilakukan dengan meletakkan jaringan lunak yang akan dintervensi pada keadaan menegang, pasien dalam keadaan pasif, kemudian manual kontak praktisioner bergerak secara longitudinal sepanjang serabut otot, dari distal ke proksimal, dan pada arah ke jantung.
Pada MRT level 3 dan 4, disertai dengan gerakkan dan otot dipendekkan. Praktisioner memberikan manual kontak yang statik hanya
pada distal lesi, kemudian daerah lesi ditarik oleh kontak dengan memanjangkan jaringan
lunak menggunakan gerakan pasif atau aktif.
Pada MRT level 3, pasien dalam keadaan pasif
dan jaringan lunak yang diintervensi digerakkan oleh praktisioner sepanjang range
of motion (ROM) dari posisi terpendek ke posisi yang terpanjang.
Level MRT yang terakhir adalah MRT level 4. MRT level 4 pasien menggerakakan jaringan yang diintervensi secara aktif sepanjang ROM dari posisi terpendek ke posisi yang terpanjang.
Pada MRT
level 3 dan 4, praktisioner berusaha untuk
menjaga manual kontak dalam posisi statik dan
hanya jaringan yang bergerak. Gerakan dari
struktur myofascial sepanjang ROM dari posisi
terpendek ke posisi terpanjang dibawah
manual kontak yang statik memberikan
sebuah teknik pelepasan yang akan
membongkar perlengketan jaringan dan
mengembalikan gerakan. Komponenn gerakan
pada MRT level 3 dan 4 merupakan komponen
utama yang membedakaan level MRT yang
diakukan (Mock, 2005)
Prinsip umum MRT level 3 dan 4
Ada beberapa prinsip dasar yang
memungkinkan MRT level 3 dan 4 dapat
dilakukan pada grup otot dan cedera
muskuloskletal.
Beberapa panduan akan
memberikan hasil yang menguntungkan
diantaranya (Mock, 2005).,
(1) myofascial release technique tidak boleh
dilakukan jika terdapat peradangan
(2) myofascial release technique tidak boleh
dilakukan stiap hari. Idealnya MRT diberikan
seminggu dua kali. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan waktu untuk perbaikan pada
jaringan agar tidak sensitif ketika dilakukan
penanganan selanjutnya
(3) manual kontak yang diberikan harus
lembut, melebar dan datar, jempol dalam
posisi datar lebih bisa dipakai pada banyak
area dengan traksi dan konrol yang diberikan
oleh
(4) jaringan harus digerakkan secara
longitudinal, bekerja dengan cara transversal
melintang serabut otot akan menyebabkan
peningkatan rasa tidak nyaman yang dialami
pasien
(5) ketika bekerja secara longitudinal
sepanjang otot, manual kontak harus
menyesuaikan kontur otot untuk mencegah
agar otot tidak terlepas dari manual kontak, hal
ini akan menyebabkan rasa yang tidak nyaman
pada pasien
(6) lotion mungkin digunakan untuk
meminimalkan sensasi pada kulit yang di ulur
(7) gerakan aktif atau pasif secara pada ROM
penuh harus dilakukan secara perlahan
(8) praktisioner harus selalu bekerja dengan
kontak yang bergerak pada arah dari jantung
untuk meminimalkan tekanan balik pada katup
vena untuki mencegah memar pada pasien
(9) praktisioner harus melakukan 3 sampai 5
kali pengulangan setiap kali kedatangan
references
Schneider M., 2005; Tennis Elbow; dalam
Ferguson Whyte ,dan Robert Garwin, 2004;
Clinical Mastery in the treatment of Myofascial
Pain, Lippincott Williams & Wilkins, Maryland
Mock L., 2005; Carpal Tunnel Syndrome, dalam
Ferguson Whyte ,dan Robert Garwin, 2004;
Clinical Mastery in the treatment of Myofascial
Pain, Lippincott Williams & Wilkins, Maryland
MRT level 1merupakan penanganan pada jaringan lunak dengan tidak ada ketegangan yang terlibat dan pasien dalam keadaan pasif. Kontak manual praktisioner bergerak secara
longitudinal sepanjang serabut otot dari distal ke proksimal dan pada arah aliran darah yang
menuju jantung.
MRT level 2 dilakukan dengan meletakkan jaringan lunak yang akan dintervensi pada keadaan menegang, pasien dalam keadaan pasif, kemudian manual kontak praktisioner bergerak secara longitudinal sepanjang serabut otot, dari distal ke proksimal, dan pada arah ke jantung.
Pada MRT level 3 dan 4, disertai dengan gerakkan dan otot dipendekkan. Praktisioner memberikan manual kontak yang statik hanya
pada distal lesi, kemudian daerah lesi ditarik oleh kontak dengan memanjangkan jaringan
lunak menggunakan gerakan pasif atau aktif.
Pada MRT level 3, pasien dalam keadaan pasif
dan jaringan lunak yang diintervensi digerakkan oleh praktisioner sepanjang range
of motion (ROM) dari posisi terpendek ke posisi yang terpanjang.
Level MRT yang terakhir adalah MRT level 4. MRT level 4 pasien menggerakakan jaringan yang diintervensi secara aktif sepanjang ROM dari posisi terpendek ke posisi yang terpanjang.
Pada MRT
level 3 dan 4, praktisioner berusaha untuk
menjaga manual kontak dalam posisi statik dan
hanya jaringan yang bergerak. Gerakan dari
struktur myofascial sepanjang ROM dari posisi
terpendek ke posisi terpanjang dibawah
manual kontak yang statik memberikan
sebuah teknik pelepasan yang akan
membongkar perlengketan jaringan dan
mengembalikan gerakan. Komponenn gerakan
pada MRT level 3 dan 4 merupakan komponen
utama yang membedakaan level MRT yang
diakukan (Mock, 2005)
Prinsip umum MRT level 3 dan 4
Ada beberapa prinsip dasar yang
memungkinkan MRT level 3 dan 4 dapat
dilakukan pada grup otot dan cedera
muskuloskletal.
Beberapa panduan akan
memberikan hasil yang menguntungkan
diantaranya (Mock, 2005).,
(1) myofascial release technique tidak boleh
dilakukan jika terdapat peradangan
(2) myofascial release technique tidak boleh
dilakukan stiap hari. Idealnya MRT diberikan
seminggu dua kali. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan waktu untuk perbaikan pada
jaringan agar tidak sensitif ketika dilakukan
penanganan selanjutnya
(3) manual kontak yang diberikan harus
lembut, melebar dan datar, jempol dalam
posisi datar lebih bisa dipakai pada banyak
area dengan traksi dan konrol yang diberikan
oleh
(4) jaringan harus digerakkan secara
longitudinal, bekerja dengan cara transversal
melintang serabut otot akan menyebabkan
peningkatan rasa tidak nyaman yang dialami
pasien
(5) ketika bekerja secara longitudinal
sepanjang otot, manual kontak harus
menyesuaikan kontur otot untuk mencegah
agar otot tidak terlepas dari manual kontak, hal
ini akan menyebabkan rasa yang tidak nyaman
pada pasien
(6) lotion mungkin digunakan untuk
meminimalkan sensasi pada kulit yang di ulur
(7) gerakan aktif atau pasif secara pada ROM
penuh harus dilakukan secara perlahan
(8) praktisioner harus selalu bekerja dengan
kontak yang bergerak pada arah dari jantung
untuk meminimalkan tekanan balik pada katup
vena untuki mencegah memar pada pasien
(9) praktisioner harus melakukan 3 sampai 5
kali pengulangan setiap kali kedatangan
references
Schneider M., 2005; Tennis Elbow; dalam
Ferguson Whyte ,dan Robert Garwin, 2004;
Clinical Mastery in the treatment of Myofascial
Pain, Lippincott Williams & Wilkins, Maryland
Mock L., 2005; Carpal Tunnel Syndrome, dalam
Ferguson Whyte ,dan Robert Garwin, 2004;
Clinical Mastery in the treatment of Myofascial
Pain, Lippincott Williams & Wilkins, Maryland