Komponen-komponen penting dalam berjalan


Fase menapak

- Ekstensi sendi panggul (hip)

- Geseran ke arah horizontal lateral pada pelvis dan badan

- Fleksi lutut sekitar 15o pada awal heel strike, dilanjutkan dengan ekstensi dan fleksi lagi sebelum toe off

Fase mengayun

- Fleksi lutut dengan awalan hip ekstensi

- Pelvic tilt kearah lateral bawah pada saat toe off

- Fleksi hip

- Rotasi pelvis ke depan saat tungkai terayun

- Ekstensi lutut dan dorsifleksi ankle dengan cepat sesaat sebelum heel strike

Neuroplasticity

Plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradabtasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.

Untuk memberikan gambaran tentang plastisitas, maka penulis memberikan ilustrasi dengan membandingkan antara sifat plastisitas dan elastisitas.

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;

Suatu benda dengan bentuk awal segi empat jika diberi intervensi atau dimanipulasi untuk membentuk segi tiga, maka pada saat proses dilakukan benda berbentuk segi tiga akan tetapi pada akhirnya benda tersebut akan kembali pada bentuk awalnya, hal ini disebut sebagai kemampuan elestisitas.

Jika bentuk awal suatu benda berbentuk segi empat kemudian diberikan intervensi untuk membentuk segi tiga, maka pada saat proses dilakukan benda akan membentuk segi tiga dan juga menjadi bentuk akhir dari benda tersebut, hal ini disebut sebagai kemampuan plastisitas.

Dengan demikian jelas bahwa sifat elastisitas berbeda dengan sifat plastisitas. Sifat elastik artinya kemampuan suatu benda untuk dapat kembali pada bentuk asalnya, sedangkan sifat plastisitas menunjukkan kemampuan benda untuk berubah kedalam bentuk yang lain.
Nilai positif dari adanya sifat plastisitas adalah pada pasien stroke menjadi potensi untuk dapat dikembangkan dan dibentuk sehingga dapat menghasilkan gerak yang fungsional dan normal.
Nilai negatif dari adanya sufat plastisitas adalah jika metode yang diberikan tidak tepat, maka akan terbentuk pola yang tidak tepat pula.

Central Pattern Generators (CPGs)

Central Pattern Generators (CPGs) merupakan kumpulan neuron atau sirkuit neurologis yang dapat melakukan koordinasi gerakan secara umum, ritmik dan otomatik.

CPGs berada pada batang otak dan medulla spinalis. Pembahasan tentang CPGs belum terlalu jauh dalam beberapa literatur, akan tetapi keberadaan CPGs mengakibatkan perubahan sudut pandang tentang mekanisme kerja sistem saraf dari pola pikir sebelumnya.

Pada awalnya para ahli neurologis memandang proses perjalanan impuls berdasarkan pandangan Sherington yang terkenal dengan Hirarcic Models, dimana dijelaskan bahwa terdapat 4 level yaitu level tertinggi/level IV merupakan kerja dari kortex yang menuju pada level III yaitu thalamus, dilanjutkan ke level II yaitu pada brain stem dan berakhir pada level I yaitu spinal cord.

Dalam hirarki klasik refleks, bahwa respon yang diberikan dari setiap stimuli menempati tingkatan-tingkatan tertentu pada area spesifik di sistem saraf. Pada spinal cord untuk phasic reflex, Batang otak (Brain stem) untuk postural refleks, Mid brain untuk rightting dan corteks.

Dalam konsep tersebut menjelaskan bahwa CNS merupakan strukur yang sangat kaku (rigid). Sementara perkembangan neurosains menunjukkan bahwa CNS memiliki memiliki sifat multikoneksi dan sangat kompleks.

Keberadaan CPGs menghasilkan aktifitas fungsional gerak menjadi lebih bersifat reguler. Sebagai contoh pada proses berjalan, seseorang melakukan aktivitas berjalan dengan ritmik, teratur dan terarah dengan fase-fase dan pola yang tepat tanpa berfikir langkah demi langkah. Proses berjalan dari satu langkah ke langkah berikutnya terjadi secara otomatis dan reguler, hal ini menunjukkan adanya peran yang besar dari CPGs dalam aktivitas berjalan

tersebut.

Dengan demikian, intervensi yang diberikan pada pasien stroke dalam proses pembelajaran motorik atau motor relearning hendaknya mempertimbangkan aktivitas CPGs dalam setiap latihan gerak yang dilakukan.Keterlibatan CPGs dapat ditingkatkan dengan pemberian latihan yang ritmik, pola yang normal, dan merupakan latihan dengan gerak yang bersifat fungsional.

Gravitasi pada gerak

Pada aktifitas gerak, maka tonus otot postural akan sangat menentukan efektifitas dan efesiensi gerak yang akan dihasilkan. Beberapa hal yang berhubungan dengan tonus otot postural dapat digambarkan sebagai berikut :D ari gambar diatas dapat menjelaskan bahwa tonus postural dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi, Centre of Gravity (COG), Ground Reaction Force (GRF) dan Base of Support (BOS).
Gaya gravitasi dan GRF merupakan kekuatan eksternal (eksternal force) yang memberikan tekanan terus-menerus kepada tubuh. Besar tekanan gravitasi sama dengan besar tekanan Ground Reaction Force (GRF). Kedua tekanan tersebut memberikan informasi sehingga tubuh dapat melakukan prediksi untuk menjaga keseimbangan berupa penyesuaian pada BOS dan COG agar dapat tetap seimbang. Sehingga kemampuan tubuh untuk tetap tegap merupakan reaksi dari otot postural yang melawan gaya gravitasi dan GRF.Dari gambar menunjukkan bahwa perubahan posisi tubuh akan diikuti oleh perubahan letak COG yang memungkinkan tubuh tetap seimbang.

Sedemikian pentingnya tonus otot postural yang adekuat dalam memberikan stabilisasi untuk menghasilkan gerakan, maka salah satu fokus utama dalam intervensi ini adalah meningkatkan aktifasi dari otot-otot postural tersebut, dengan beberapa bentuk latihan yang kita sebut sebagai core stability exercise.