Wanita hamil yang terpapar dengan asap batubara dan pestisida mempunyai kemungkinan hingga empat kali lebih untuk melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf (NTD), hal ini berdasarkan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Cina. Para peneliti mempelajari terhadap 80 bayi baru lahir dan janin digugurkan dengan cacat otak dan sumsum tulang belakang dan menemukan bahwa plasenta mereka memiliki jumlah jauh lebih tinggi bahan kimia tertentu dibandingkan dengan plasenta bayi tanpa cacat lahir.
Cacat lahir telah lama dikaitkan dengan kekurangan asam folat, ibu obesitas dan diabetes. Pencemaran lingkungan juga telah dicurigai sebagai penyebab lainnya, tetapi belum ada bukti langsung yang sangat sedikit menunjukkan hubungan tersebut.
Dalam penelitian di Cina, peneliti mendeteksi adanya hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) kadar tinggi yang berasal dari menghirup asap pembakaran batu bara, dan pestisida sintetis seperti DDT, hexachlorocyclohexane (HCH) dan endosulfan dalam plasenta bayi dengan NTDs. Selain nutrisi dan oksigen, polutan dapat dengan mudah melewati barier plasenta berpotensi mengganggu pertumbuhan embrio. Hal ini disampaikan oleh peneliti Dr. Zhu Tong di the State Key Joint Laboratory for Environmental Simulation and Pollution Control in Beijing University.
Temuan penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Proceding National Academy of Sciences secara online pada Juli 2011. Dr. Zhu dan rekan melibatkan wanita hamil di empat pedesaan kabupaten di utara provinsi Shanxi, dimana NTD terjadi pada 14 dari setiap 1.000 bayi (jauh lebih tinggi daripada rata-rata nasional). Mereka menganalisis plasenta dari 80 bayi atau janin yang diaborsi dengan NTD dan membandingkannya dengan plasenta dari 50 bayi tanpa cacat tersebut.
Para peneliti menemukan bahwa, wanita yang memiliki bahan kimia PAH (dari pembakaran batu bara) pada plasenta lebih tinggi daripada tingkat rata-rata, mempunyai 4,5 kali lebih besar untuk memiliki bayi lahir cacat, sementara mereka dengan kadar pestisida yang lebih tinggi dari rata-rata adalah sekitar tiga kali lebih besar untuk memiliki bayi dengan cacat.
Image adopted from www.panda.org