Jangan Narsis Kalau Sudah Tak Muda Lagi




Narsis biasanya istilah yang kita pakai untuk menggambarkan seseorang yang gemar mengagumi diri sendiri. Caranya dengan cara memajang foto-foto diri di segala benda yang menampakkan ruang kosong, atau di jejaring sosial. Narsis, atau narsisistik, juga bisa dimaknai lebih luas, yaitu menunjuk pada orang yang senang menonjolkan diri, angkuh, egois, atau selalu mementingkan diri sendiri.
Kini, sebuah penelitian yang digelar oleh University of Illinois menunjukkan bahwa sedikit sifat narsisisme ternyata bukan suatu hal yang buruk. Narsis baru menjadi buruk bila hal itu masih terjadi ketika usia Anda sudah dewasa.
"Kebanyakan orang pasti berpikir bahwa narsisisme itu merupakan kepribadian, sehingga tidak akan berubah banyak ketika usia bertambah," kata peneliti Patrick Hill, yang mengadakan studi ini bersama profesor psikologi Brent Roberts. Namun berbagai studi terakhir menunjukkan bahwa narsisisme memuncak pada masa remaja, khususnya di akhir usia belasan tahun dan awal 20-an. Setelah itu, narsisisme akan menurun.

Bagi Hill ini merupakan pertanda baik. Pada kebanyakan orang, sifat ini ada ketika memang memberi manfaat, dan kemudian menurun ketika sudah tidak begitu bermanfaat lagi. Sifat narsis terbukti berguna ketika kita tidak mampu menghargai diri sendiri.
Tim Hill menyimpulkan hasil penelitiannya ini setelah menganalisa perilaku 368 mahasiswa dan 439 anggota keluarga mereka. Tujuannya untuk mengamati profil narsisisme dari para mahasiswa maupun ibu mereka masing-masing. Dari situ peneliti memperoleh tiga tipe narsisisme yang berbeda.
Pertama, kesadaran yang meningkat mengenai kepemimpinan atau kewenangan. Hill menggambarkan hal ini dengan keyakinan bahwa ketika kita mengetahui banyak hal, orang lain akan datang untuk meminta saran-saran Anda. Kedua, sikap eksibisionisme yang berlebihan (yaitu ketika kita ingin pamer). Ketiga, yang kemungkinan merupakan tipe yang paling berbahaya, yaitu keinginan untuk mengeksploitasi orang lain untuk kepentingan pribadi. Untungnya, tipe narsisisme yang terakhir ini terjadi ketika kepuasan hidup yang menurun, tak peduli berapapun usia kita.
Anak-anak muda yang sifat narsisnya cukup tinggi dilaporkan memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak narsis. Sebab, keyakinan yang besar pada kemampuan diri sendiri bisa membantu mengarahkan remaja untuk mencoba menemukan identitasnya, demikian kesimpulan Roberts.
Hanya saja, kelak sifat-sifat tersebut akan memudar. Ketika kita dewasa, seperti dijelaskan tadi, narsisistik lebih cenderung terjadi ketika kepuasan hidup kita berkurang dan kita memiliki reputasi yang kurang baik. Ketika tak ada orang lain yang menghargai kita, kita cenderung bersikap narsisistik untuk memberi penghargaan pada diri kita. Sayangnya, hal ini justru direspons secara berbeda oleh orang-orang di sekitar kita.
Orangtua yang narsisistik juga cenderung tak mampu menunjukkan empati. Misalnya, berempati pada anak-anak, untuk merasakan apa yang mereka rasakan, dan mengakui perasaan tersebut. Narsisistik membuat kita tak mampu menunjukkan rasa kasihan dan sensitif, begitu pula kemampuan untuk memberikan dukungan moral mengenai apapun yang dialami oleh anak. Meskipun Anda tidak menyetujui apa yang dialami anak, setidaknya Anda ada di sana untuk mereka. Orangtua yang narsistik tak akan mampu mengesampingkan perasaan dan pikiran-pikirannya sendiri, dan mengalihkan kebutuhan emosional mereka untuk memahami persoalan anak.

Sumber: KOMPAS.com -