Makalah Penyakit Lupus

Makalah Penyakit Lupus



Makalah Penyakit Lupus


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang, dan lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Dokter kadang bingung mendiagnosis penyakit ini.
Jumlah penderita lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka, di Amerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia bisa dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS Ciptomangunkusumo Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991 sampai akhir 1996 , 1 dari 23 penderitanya adalah laki-laki. Saat ini, ada sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan.
Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa kelelahan berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu merupakan sebagian dari gejala penyakit Lupus.
Faktor yang diduga sangat berperan terserang penyakit lupus adalah faktor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa jenis obat, dan virus. Oleh karena itu, bagi para penderita lupus dianjurkan keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Saat bepergian, penderita memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar.



B. TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian penyakit lupus.
2. Mendiskripsikan gejala-gejala yang timbul akibat penyakit lupus.
3. Mendiskripsikan penyebab timbulnya penyakit lupus.
4. Mendiskripsikan cara pencegahan penyakit lupus.
5. Mendiskripsikan cara pengobatan penyakit lupus.




BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN
Lupus dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh. Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah, (Anonim, 2009).
Buku kecil Care for Lupus (Syamsi Dhuha) menjelaskan, lupus adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus. Dalam istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi pada dirinya sendiri. Lupus adalah istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala, (Anonim, 2009).
Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh sistem imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri. Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan. Antibodi tersebut bukannya menyerang virus, kuman atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti, diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa antibodi-antibodi yang muncul ketika lupus sedang aktif.
Ada tiga jenis lupus, yaitu :
1. Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit. Termasuk paling banyak menyerang.
3. Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur), (Aulawi, 2008).


B. GEJALA-GEJALA
Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit autoimun, artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh. Karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda antara pasien yang satu dan yang lain, maka gejalanya juga sering kali berbeda, misalnya pasien yang satu dengan kaki dan perut bengkak akibat kerusakan di ginjal, pasien yang lain bisa dengan anemia berat atau jumlah trombosit yang amat rendah
Umumnya penderita lupus mengalami gejala seperti. kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan, penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik.
Gejala-gejala penyakit lupus dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES). Eritomatosus artinya kemerahan, sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit lupus ini.
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan, (Dahlan Iskan, 2007).
Menurut American College Of Rheumatology 1997, diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun penjelasan singkat dari 11 gejala tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
3. Fotosensitif, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari
4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90 % odapus.
6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan.
7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
8. Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain.
9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia.
10. Tes ANA (Antinuclear Antibody) positif.
11. Gangguan sistem kekebalan tubuh, (Kusnandari, 2008).


C. PENYEBAB
Faktor yang diduga sangat berperan untuk seseorang terserang penyakit lupus adalah faktor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa jenis obat, dan virus. Faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres. Penyakit ini kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun namun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk gejala lupus. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas . Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun. Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Sel-sel radang tersebet bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu, (Anonim, 2009).

D. PENCEGAHAN
Dalam melakukan pencegahan ada berbagai masalah yang dihadapi pengidap lupus. Masalah pertama adalah seringnya penyakit pasien terlambat diketahui dan diobati dengan benar karena cukup banyak dokter yang tidak mengetahui atau kurang waspada tentang gejala penyakit lupus dan dampak lupus terhadap kesehatan. Di Indonesia, rendahnya kompetensi dokter untuk mendiagnosis penyakit secara dini dan mengobati penyakit lupus dengan tepat tercermin dari pendeknya survival 10 tahun yang masih sekitar 50 persen, dibandingkan dengan negara maju, yang 80 persen.
Biasanya paramedis akan melakukan pemeriksaan ANA (Anti Nuclear Antibodi) bisa positif, di laboratorium dan patologi. Bila sudah diketahui diagnosanya lupus, maka pihak medis akan memberikan pengobatan berupa terapi, theraphy sintomatik (penghilangan gejala), kortikortiroid (antipenurun kekebalan tubuh), serta menekan daya tahan tubuh berlebihan, dengan pemberian obat demam dan penghilang rasa sakit. Hanya saja, untuk terapi yang dilakukan berbeda-beda dengan setiap penderita. Penyembuhannya pun bisa memakan waktu berbulan-bulan, itupun dengan catatan penderita rajin memeriksakan diri. Bahkan tak jarang, terkadang diagnosa baru didapat justru setelah penderita meninggal. Atau penyakit lupusnya tiba-tiba sembuh sendiri. Karena itulah, fokus pengobatan dokter adalah dengan melakukan pencegahan dengan meminimalisir meluasnya penyakit sehingga tidak menyerang organ vital tubuh lainnya. Oleh karena itu, untuk melakukan upaya preventif terhadap penyakit lupus perlu ditingkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia, baik oleh pemerintah maupun semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Selain itu, peningkatan kompetensi petugas-petugas pelayan kesehatan juga harus di tingkatkan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang akan membahayakan jiwa pasien. Pengembangan metode pengobatan yang lebih baik dan efisien juga perlu dilakukan. Pasien juga harus diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, apa bahayanya dan bagaimana gejalanya agar pasien bisa turut berperan aktif dalam upaya pencegahan penyakit lupus.
Masalah berikutnya adalah belum terpenuhinya kebutuhan pasien lupus dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan lupus. Dirasakan penting sekali meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang dampak buruk penyakit lupus terhadap kesehatan. Masalah lupus tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan pasien, namun juga mempunyai dampak psikologi dan sosial yang cukup berat untuk pasien maupun keluarganya. Dalam hal ini peran sarjana kesehatan masyarakat selaku tenaga kesehatan yang berorientasi pada upaya preventif dan promotif sangat diperlukan. Masyarakat harus secara intensif diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, gejala yang ditimbulkan, dampak yang ditimbulkan,serta bagaimana cara pencegahannya. Kebersiahan dan kesehatan lingkungan juga harus diperhatikan karena, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab “penyebab” bahwa faktor yang diduga menyebabkan lupus ada berberapa macam diantaranya faktor lingkungan.
Masalah lain adalah kurangnya prioritas di bidang penelitian medik untuk menemukan obat-obat penyakit lupus yang baru, yang aman dan efektif, dibandingkan dengan penelitian penyakit-penyakit lain, yang sebanding besaran masalahnya. Upaya preventif yang harus dilakukan adalah berusaha mengembangkan penelitian-penelitian mengenai penyakit lupus mengingat bahaya dan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh penyakit ini.
Hal yang harus dilakukan penderita lupus (odipus) agar penyakit lupusnya tidak kambuh adalah :
1. Menghindari stress
2. Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
3. mengurangi beban kerja yang berlebihan
4. menghindari pemakaian obat tertentu.
Odipus dapat memeriksakaan diri pada dokter-dokter pemerhati penyakit ini, dokter spesialis penyakit dalam konsultasi hematologi, rheumatology, ginjal, hipertensi, alergi imunologi, jika lupus dapat tertanggulangi, berobat dengan teratur, minum obat teratur yang di berikan oleh dokter (yang biasanya diminum seumur hidup), odipus akan dapat hidup layaknya orang normal, (Anonim, 2009). Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan, mengingat keluarga adalah orang yang paling dekat dan yang selalu berinteraksi dengan odipus. Dukungan (social support) dalam teori ilmu psikologi merupakan salah satu media bertahan dari stress (coping stress) yang mampu memberi pengaruh besar.


E. PENGOBATAN
Pengobatan Lupus tergantung dari :
1. Tipe Lupus.
2. Berat ringannya Lupus.
3. Organ tubuh yang terkena.
4. Komplikasi yang ada.
Tujuan pengobatan Lupus adalah :
1. Mengurangi peradangan pada jaringan tubuh yang terkena.
2. Menekan ketidaknormalan sistem kekebalan tubuh.
Pada pengobatan Lupus digunakan dua kategori obat :
1. Kortikosteroid. Golongan ini berfungsi untuk mencegah peradangan dan merupakan pengatur kekebalan tubuh. Bentuknya bisa salep, krem, pil atau cairan. Untuk Lupus ringan, digunakan dalam bentuk tablet dosis rendah. Jika kondisi sudah berat, digunakan kortikosteroid bentuk tablet atau suntikan dosis tinggi. Bila kondisi teratasi maka penggunaan dosis diturunkan hingga dosis terendah untuk mencegah kambuhnya penyakit.
2. Nonkortikosteroid. Kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi keluhan nyeri dan bengkak pada sendi dan otot, (Stephanie, 2007).
Kongres Internasional Lupus di New York melaporkan beberapa obat baru untuk lupus. Salah satu obat baru adalah LymphoStat-B, bekerja menghambat protein yang menstimulasi limfosit B (BLyS= B lymphocyte stimulator). Limfosit B adalah sel yang berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi, antibodi yang salah arah pada pasien lupus.LymphoStat-B termasuk obat golongan antibodi monoklonal, yang mengenal secara khusus aktivitas biologis protein BLyS yang menstimulasi limfosit B , kemudian menghambat aktivitas protein tersebut sehingga limfosit B tidak bisa berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Berkurangnya produksi antibodi menyebabkan aktivitas penyakit lupus mudah dikontrol.
Obat baru ini telah mendapat persetujuan FDA, melalui jalur cepat, karena dianggap amat potensial sebagai obat penyakit SLE. Uji klinik telah membuktikan manfaat dan keamanan obat ini untuk mengobati penyakit lupus. Aktivitas penyakit lupus menurun. Obat tersebut juga memulihkan aktivitas auto imun kembali ke normal. Pada uji klinik tersebut juga dijumpai pengurangan jumlah limfosit B sebesar 12 persen-40 persen serta pengurangan kadar anti-dsDNA (double-stranded DNA); anti-dsDNA adalah salah satu kriteria penting untuk penyakit lupus. Obat lain yang serupa LymphoStat B yang dilaporkan hasil uji kliniknya adalah rituximab (antilimfosit B) dan infliximab, yang mempunyai aktivitas anti-TNF (Tumor Necrosing Factor).
Peneliti lain melaporkan dehydroepiandrosterone (DHEA) dapat mengurangi keperluan dosis prednisone untuk pasien lupus. Khusus untuk pasien lupus dengan gangguan di ginjal (lupus nefritis), setelah mendapat obat siklofosfamid, sekarang ada 2 pilihan untuk obat pemeliharaan (maintenance), yaitu azatioprin atau mycophenolate mofetil yang ternyata hasilnya lebih baik dibandingkan dengan siklofosfamid. Masih dalam penelitian awal adalah pengobatan lupus dengan cangkok sumsum tulang, yang hasilnya cukup memberi harapan, (Djoerban, 2002).




BAB III
KESIMPULAN

1. Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh sistem imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari berbagai penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri atau, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing (terjadi autoinfeksi). Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah. tiga jenis lupus, yaitu :
• Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
• Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit. Termasuk paling banyak menyerang.
• Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur), (Aulawi, 2008).
2. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
• Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang
• Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
• Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit lupus ini.
• Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan, (Dahlan Iskan, 2007).
• Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
• Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
• Fotosensitif, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari
• Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
• Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90 % odapus.
• Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan.
• Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
• Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain.
• Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang.
• Tes ANA (Antinuclear Antibody) positif.
• Gangguan sistem kekebalan tubuh, (Kusnandari, 2008).
3. Faktor yang berperan tehadap seseorang terserang penyakit lupus dapat dikelompokkan menjadi faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres. Penyakit ini kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun namun ada juga pria yang mengalaminya penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
4. Hal yang harus dilakukan penderita lupus (odipus) agar penyakit lupusnya tidak kambuh adalah :
a. Menghindari stress
b. Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
c. Mengurangi beban kerja yang berlebihan
d. Menghindari pemakaian obat tertentu
5. Pada pengobatan Lupus digunakan dua kategori obat :
1. Kortikosteroid
2. Nonkortikosteroid.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa Itu Lupus?? http://DokterSehat.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Anonim. 2009. Lupus. http://nusaindah.tripoid.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009Djoerban, Zubairi. 2002. Kemajuan Pengobatan Penyakit Lupus. http://www.kompas.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Anonim. 2009. Lupus Eritematosus Sistemik. http://www. WikipediaIndonesia.co.id. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Aulawi, Dede Farhan. 2008. Mengeal Penyakit Lupus. http://www.panduankesehatan.com. . Diakses tanggal 30 Mei 2009
Kusnandari, Mifa Putri. 2008. Gejala Penyakit Lupus. http:// Melilea021.blogspot.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Stephanie. 2007. Kemana Harus Berobat dan Bagaimana Pengobatan Lupus? http://stelicia.blogspot.co.id. Diakses tanggal 30 Mei 2009