TEKNIK Rehabilitasi pada Penderita Stroke

Suharto, RPT
Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Makassar
Stroke dapat disebabkan oleh trombosis, emboli, perdarahan
subarachnoid dan lain-lain yang menimbulkan hemiplegia.
Pemberian latihan pada pasien stroke akibat trombosis dan
emboli jika tidak ada komplikasi lain dapat dimulai 2�3 hari
setelah serangan dan bilamana terjadi perdarahan subarachnoid
dimulai setelah 2 minggu. Pada stroke karena trombosis atau
emboli pada penderita infark miokard tanpa komplikasi, pro-
gram latihan dapat dimulai setelah minggu ke tiga, tetapi jika
segera menjadi stabil dan tidak didapatkan aritmia, latihan yang
berhati-hati dapat dimulai pada hari ke sepuluh.
Pada stroke yang berat lebih aman menunggu sampai ter-
capai complete stroke baru dimulal program latihan, walaupun
hanya gerakan pasif yang diberikan. Jika proses penyebabnya
dicurigai berasal dari arteri karotis ditunggu 18 s/d 24 jam dan
jika penyebabnya dan sistem vertebrobasiler tunggu sampai 72
jam sebelum memastikan tidak ada perburukan lagi.
Beberapa latihan yang dapat diberikan kepada pasien stroke
sebagai berikut:
1) PROGRAM LATIHAN DI TEMPAT TIDUR
Latihan di tempat tidur dimulai dengan pengaturan posisi
baring, yaitu : Penderita diletakkan dalam posisi melawan pola
spastisitas yang akan timbul.
Pola Spasitisitas Hemiplegia
Pada penderita hemiplegia tampak bahu tertarik ke belakang
dan ke bawab, lengan endorotasi, siku fleksi, lengan bawah
pronasi, pergelangan tangan fleksi. Panggul retraksi, paha
endorotasi, pelvis, lutut dan pergelangan kaki ekstensi serta kaki
plantar fleksi dan inversi.
Pola Antispastisitas

Bahu protraksi (beri ganjal di bawah bahu jika tidur terlen-
tang).

Lengan atas eksorotasi dan siku ekstensi.

Lengan bawah supinasi.

Pergelangan tangan dan jari-jari ekstensi dengan ibu jari
abduksi.

Panggul protraksi (beri ganjal di bawah panggul jika tidur
terlentang).

Paha agak endorotasi.

Panggul, lutut fleksi, pergelangan kaki dorsofleksi.

Leher sedikit ekstensi (merangsang timbulnya symetric tonic
neck reflex) � mencegah timbulnya pola fleksi sinergis pada
anggota gerak atas.
Posisi penderita dapat baring terlentang atau miring ke sisi
yang sehat maupun sakit, dengan tetap mempertahankan pola
antispastisitas tersebut.
Posisi tersebut di atas harus dimulai sejak dini, walaupun
nampak spastik. Perubahan posisi dilakukan dengan merotasi
tubuh pasien secara pasif dan secara segmental yang dimulai
pada bagian pundak kemudian pinggang, seterusnya panggul;
atau sebaliknya dimulai dari panggul sampai kepala.
Apabila anggota gerak masih dalam keadaan layu atau
lemah perlu diberi fasilitasi yang cukup dengan menggunakan
metoda Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF); dan
jika kesadaran pasien sudah baik, dapat dimulai latihan sebagai
berikut:
1) Gerakkan tangan ke atas dan ke bawah dalam posisi ter-
lentang.
2) Rotasi bahu ke sisi yang sehat dan ke sisi yang sakit. pelvis
tidak boleh ikut. Gerakan memfasilitasi tiinbulnya reaksi
penegakan tubuh serta penguluran otot latissimus dorsi yang ber-
peranan besar dalam terbentuknya asimetri pada tubuh pasien
jika tidak dinetralisir.
3) Bridging adalah latihan mengangkat panggul dengan tujuan
sebagai berikut:
Cermin Dunia Kedokteran No. 123, 1999 17
a) Melawan posisi sinergis spastik tungkai, memberikan latih-
an menumpu berat bada pada tungkai sebagai persiapan latihan
berdiri.
b) Memudahkan nursing care, misalnya penggunaan bed, serta
mencegah timbulnya pressure sore. Bila kekuatan otot mulai
ada, latihan diikuti dengan memindahkan bokong ke sisi kanan
dan kiri.
4) Rotasi pelvis ke sisi sakit dan sehat, mula-mula dibantu oleh
fisioterapis selanjutnya penderita sendiri.
Bila pasien sudah dapat melakukan dengan baik latihan
tersebut, dapat ditambah dengan latihan menumpu berat badan
dengan pemberian berat badan pada sisi sakit.
2) PROGRAM LATIHAN DUDUK
Pola latihan ini mengikuti perkembangan motorik bayi;
untuk latihan duduk harus dilalui latihan rolling, yaitu
terlentang, tengkurap dan duduk.
Penderita menggeser ke tepi tempat tidur, bagian yang sakit
di tepi, sisakan ruang secukupnya untuk perubahan posisi miring
ke bagian yang sakit. Kemudian penderita miring ke sisi yang
sakit (awasi posisi bahu dan lengan yang sakit, harus tetap pada
posisi pola antispastik). Jatuhkan kedua tungkai bawah ke sam-
ping tempat tidur. Jika bagian yang sakit belum dapat digerakkan
sendiri. perlu dibantu; kaki yang sehat tidak dibolehkan mengait
kaki yang sakit dalam upaya menggerakkan tungkai yang sakit.
Gerakan ke posisi duduk mula-mula dengan bantuan fisioterapis
dengan menarik tangan sisi sehat sambil memfiksasi lutut pen-
derita pada tepi tempat tidur. Selanjutnya oleh penderita sendiri
dengan bantuan tangan yang sehat menekan tempat tidur di se-
belah sisi yang sakit. Latihan harus bertahap agar rangsangan-
rangsangan proprioseptiftetap terjadi pada siku, bahu dan tangan
yang sakit.
Pada posisi duduk pasien diperintahkan melakukan latihan
dengan mengambil sesuatu benda pada sisi yang sakit.
Latihan keseimbangan duduk berupa : penderita duduk di
tempat tidur, kemudian fisioterapis mendorong tubuh penderita
ke arah depan, belakang, ke samping kiri dan kanan.
Aktivitas saat duduk berupa: penderita mengangkat lengan
ke atas dan ke bawah dan memutar bahu ke kiri dan ke kanan,juga
bisa mengangkat benda-benda sesusai dengan kemampuannya.
3) PROGRAM LATIHAN BERDIRI DAN BERJALAN
Tahapan latihan berdiri dapat melalui jalur: lying � rolling
� sitting �